TUGAS
MAKALAH
FOUR HENDED DENTISTRY
O
L
E
H
L. M Haerul
Wardi
AKADEMI
KESEHATAN GIGI
KARYA ADI
HUSADA MATARAM
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Definisi
(International Ergonomics Association).
1.
ERGON
(Kerja) dan NOMOS (Ilmu Pengetahuan).
Studi tentang aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan untuk mendapatkan
suasana kerja yang sesuai dengan manusianya.
2.
Penerapan
Ergonomi dapat berupa:
a.
Rancang
Bangun (design)
b.
Rancang
Ulang (re-design)
3.
Dapat
diterapkan untuk design pekerjaan pada suatu organisasi, misal: penentuan jam
istirahat, pergantian shift, variasi pekerjaan, dll
B.
Sejarah
1.
Disosialisasikan
sebagai bidang ilmu dari tahun 1949.
2.
Beberapa
kejadian yang terkait dengan perkembangan ilmu ergonomi:
- CT. Thackrah, England, 1831.
1)
Postur
tubuh manusia pada saat bekerja berhubungan dengan kesehatan kerja.
2)
Pencahayaan,
ventilasi dan temperatur di lingkungan kerja,
3)
Pembebanan
kerja, jam kerja, dan gerakan yang berulang-ulang.
- FW Taylor, USA, 1898.
1)
Metode
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan pekerjaan.
2)
Konsep
ergonomi dan manajemen modern.
- FB. Gilbreth, USA, 1911.
1)
Optimasi
metode kerja, dalam Analisa Gerakan.
2)
Motion
Study, posisi membungkuk dapat diatasi dengan meja yang bisa naik-turun
(adjustable).
- E. Mayo, USA, 1933.
1)
Kuantifikasi
pengaruh dari variabel fisik seperti misal pencahayaan dan lamanya waktu
istirahat terhadap efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
- Pembentukan Kelompok/Asosiasi Ergonomi.
1)
The
Ergonomics Research Society, England, 1949.
2)
The
International Ergonomics Assosiation, 1957.
3)
The
Human Factor Society, USA, 1957.
4)
The
Ergonomics Society of Australia and New Zealand, 1954.
C.
Dasar Keilmuan
dari Ergonomi
1.
Ergonomi
terkait dengan karakteristik fungsional dari manusia, seperti kemampuan
penginderaan, respon, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki, dll.
2.
Ergonomi
membutuhkan pemahaman ilmu-ilmu terapan yang banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia seperti anatomi dan
fisiologi.
3.
Sistem
kerangka otot manusia, yang meliputi:
a.
Kinesiologi,
Mekanika pergerakan manusia (mechanics
of human movement).
b.
Biomekanika,
Aplikasi ilmu mekanika teknik untuk
analisis sistem kerangka-otot manusia.
4.
Anthropometri,
Pengukuran dan diskribsi dimensi tubuh
manusia.
5.
Industrial
Hygiene,
Penfendalian resiko kesehatan dalam
kerja.
6.
Industrial
Phsychology,
Sikap dan Prilaku manusia dalam bekerja.
II. PEMBAHASAN
Ergonomi
berasal dari bahasa Yunani yaitu ergo artinya kerja dan nomos artinya hukum
alam. Jadi, ergonomi adalah manusia yang bekerja berdasarkan hukum alam.
Ergonomi
adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dalam pekerjaan
dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.
Salah satu penerapan
ergonomi adalah aktivitas rancang bangun ataupun rancang ulang dan proses
mendesain atau evaluasi produk. Adapun
tujuan dari perancangan-perancangan tersebut adalah untuk memberikan
kenyamanan kerja, meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawannya
dengan tetap semanagat.
Ergonomi adalah suatu cabang kelimuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dalam pekerjaan dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.
Ergonomi adalah suatu cabang kelimuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dalam pekerjaan dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.
Banyak definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para
pakar dibidangnya antara lain:
a. Ergonomi adalah ”Ilmu” atau
pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem
manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A., 1981).
b. Ergonomi adalah ilmu, seni, dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
c. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia
dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto,
1996).
d. Ergonomi adalah ilmu serta
penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap
orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya
(Suma’mur, 1987).
e. Ergonomi adalah praktek dalam
mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja
dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000).
A. Adapun
tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah
penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan
kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam
tempat kerja.
3. Berkontribusi
di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.
B. Manfaat
pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
C. Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
D. Metode-metode
Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
E. Aplikasi/penerapan
Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4.
Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Setelah
pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini
kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli
membedakan / membaginya sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
b. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
Penanggulangan Permasalahan Ergonomi
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
a. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
b. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
c. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
Penanggulangan Permasalahan Ergonomi
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas masalah, masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.
Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus
diusulkan.
Pada
pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi
dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya manusia.
1. Kesehatan
mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan
tenaga kerja yang sehat fisik,
rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif baik secara sosial
maupun ekonomi.
2. Kemampuan
jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup
gerak sendi dan kekuatan otot.
3.
Lingkungan tempat kerja
a. Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
b. Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
c. Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
d. Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan istirahat.
e. Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.
f. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan
a. Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
b. Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
c. Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
d. Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan istirahat.
e. Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.
f. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan
III.
Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan
sebagai lembaga yang bertanggung
jawab
terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis di
Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar